WordPress.Com

Kali ini kita akan membahas tentang inti, jantung, nyawa dari sebuah blog, yaitu Artikel. Bagi kebanyakan yang mulai belajar wordpress masih saja ada yang kerepotan dan bertanya Bagaimana cara membuat artikel wordpress ?

apa yang akan dipaparkan ini berlaku untuk semua tipe wordpress, baik wordpress.com maupun wordpress.org. Jika masih belum mengerti perbedaan antara keduanya, anda bisa lihat di artikel beda wordpress.com dengan wordpress.org

Mengapa Membuat Artikel WordPress itu sangat mudah ?

Karena alasan utama dibuatnya wordpress memang diperuntukan untuk blogging dimana kita sangat dimudahkan untuk posting sebuah artikel.

Alasan lain adala karena wordpress menggunakan editor WYSIWYG! wah mbulet kata-katanya. WYSIWYG adalah singkatan dari What You See Is What You Get, kalau dibahasa lokalkan menjadi Apa yang kamu lihat adalah apa ayng kamu dapatkan. Mudahnya editor ini mirip dengan text editor di Microsoft Word.

Misalkan kita butuh untuk menebalkan sebuah kata atau kalimat, maka cukup klik B pada editor toolbar, huruf miring tinggal klik I (italic), dan masih banyak lagi. Berikut ini akan menjelaskan tentang fungsi-fungsi utama yang ada pada halaman Add New Article.

Keterangan
Klik Add New untuk membuat artikel baru
Judul Artikel
untuk mengganti permalink jika alamat link anda tidak ingin sama dengan judul
Untuk Memasukan Media seperti gambar, video, audio, maupun media lainnya
Visual merupakan apa yang akan dilihat user pada artikel kita, sedangkan mentahnya anda bisa lihat sendiri di tab HTML. Di editor WYSIWYG secara tidak sadar sebenarnya anda telah mengetikan sebuah artikel denan format HTML.
Nah ini editor seperti yang dibahas di atas tadi, anda dapat menambahkan format cetak tebal, miring, rapi kanan, rapi kiri, warna text, undo, redo, dan lain sebagainya. Silahkan dicoba sendiri-sendiri .
Merupakan area utama dalam pembuatan artikel, anda bisa mulai menuliskan artikel anda seperti anda menulis di microsoft word.
Tags adalah pembeda ataupun pengait. wah sedikit teknis ini harusnya untuk menjelaskannya, tapi anda bisa membacanya lebih detail di postingan struktur artikel wordpress.

Save Draft berfungsi jika misal kita belum meyelesaikan artikel dan kita ingin menyimpanya tanpa ditampilkan di blog kita agar tidak terbaca oleh pengunjung.
Preview, jika anda ingin melihat hasil ketikan artikel anda jika ditampilkan di blog (dalam mode ini pengunjung juga masih belum dapat melihat hasil postingan anda0
disini ada 3 menu, yaitu Status ( ada draft dan pending review, kedua fungsi ini hampir sama), Visibility (Public untuk memperlihatkan artikel pada semua pengunjung blog, Password Protected untuk hanya menampilkan postingan bagi orang yang mengetahui pasword yang telah anda buat, private khusus yang dapat melihat jika anda login sebagai admin) terakhir adalah Publish untuk mensetting kapan artikel anda akan mulai ditampilkan, jika immediately akan ditampilkan secara langsung saat anda mengklik Publish)
Move to trash untuk menghapus tulisan yang sedang anda edit
Pengelompokan berdasarkan kategori tulisan.

TAURAN PELAJAR

TAURAN PELAJAR
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus.

DAMPAK PERKELAHIAN PELAJAR

Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.

TINJAUAN PSIKOLOGI PENYEBAB REMAJA TERLIBAT PERKELAHIAN PELAJAR

Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.

1. Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.

2. Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.

3. Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

4. Faktor lingkungan. Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.